Jakarta,
kpu.go.id- Komisi Pemilihan
Umum (KPU) menargetkan proses lelang logistik kebutuhan Pemilihan Umum (Pemilu)
2014 dapat dituntaskan tahun ini. Sehingga proses produksinya dapat dimulai
awal tahun 2014.
“Jika bulan
Januari, produksi semua kebutuhan logistik sudah selesai, maka proses
distribusinya bisa lebih cepat. Februari kita targetkan semua logistik
kebutuhan Pemilu sudah sampai di kabupaten/Kota,” terang Ketua KPU Husni Kamil
Manik saat rapat harmonisasi peraturan KPU tentang Tahapan Penyelenggaraan
Pemilu 2014 di Royal Kuningan Hotel, Selasa (4/6).
Produksi
kebutuhan logistik yang lebih cepat, kata Husni, akan memudahkan KPU untuk
mengantisipasi berbagai potensi masalah yang mungkin terjadi. “Misalnya jika
ternyata jumlah produksinya kurang atau barang yang diproduksi tidak sesuai
kebutuhan, bulan Maret kita dapat mengevaluasinya dan segera memproduksi lagi
sesuai kebutuhan,” ujarnya.
Husni mengatakan KPU berupaya menghindari pemakaian alat transportasi darurat
untuk mempercepat proses distribusi karena biayanya mahal. Karenanya, proses
produksi harus dipercepat agar proses distribusinya tepat waktu dan efesien.
“Kalau sudah mendekati hari pemungutan suara, bagaimanapun kondisinya, logistik
harus sampai di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Kalau situasinya darurat otomatis
kita akan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk pendistribusiannya,”
ujarnya.
Husni mengakui produksi logistik yang lebih cepat membutuhkan pengamanan yang
lebih lama dan ketat. “Tapi itu lebih baik daripada mengundur proses produksi
dan distribusi. Sebab distribusi itu berkaitan dengan banyak hal, termasuk
kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi,” ujarnya.
Husni juga menekankan pentingnya merespons isu-isu lingkungan dalam hal tata
kelola logistik, terutama logistik yang habis pakai seperti tinta. “Jangan
sampai karena salah memilih bahan yang digunakan, setelah selesai pemilu malah
menjadi masalah bagi lingkungan. Karenanya, kita akan mengundang aktivis
lingkungan untuk membicarakan bahan dasar kebutuhan logistik yang ramah
lingkungan,” ujarnya.
Begitu juga penyandang disabilitas harus diajak bicara untuk mendiskusikan
kebutuhan logistik yang dapat mengakomodir dan memberi kemudahan bagi mereka
dalam menggunakan hak suaranya. (gd)