Minggu, 30 Oktober 2016

Syafii Maarif: Saya Tidak Membela Ahok

Beberapa bulan terakhir ramai di segala media elektronik maupun media cetak, tidak ketinggalan media online baik facebook, whatsapp dan lain sebagaimanya disaat menjelang Pilkada DKI Jakarta 2016, di dalam carut marut media tersebut seorang tokoh nasional, Buya Stafii Maarif disebut-sebut sebagai pendukung Ahok atau paling tidak telah ada dalam lingkarang Ahok,  Kita telah ketahui bersama Ahok sebagai calon dari Pentahana bersama Syaiful Jarot juga pentahana  mantan Wali Kota Blitar setelah Jokowi naik menjadi Presiden.
Bahkan beredar foto dimana Buya Syafii Maarif makan bersama-sama dengan Ahok, betulkah Buya adalah salah satu pendukung sebagaimana tersebar dimedia sosmed yang begitu cepat beredar itu, Fajar Rizal Ul Haq menjelaskannya.


YOGYAKARTA. SM,-Pasca dialog yang cukup panas di TV swasta nasional tentang permintan maaf Ahok, ada berbagai macam tanggapan umat terhadap pernyataan Buya Syafii Maarif yang diwawancarai live dari Yogyakarta. Saat itu Buya menyatakan dirinya tidak begitu kenal Ahok (bukan tidak kenal Ahok)

Apalagi setelah acara itu selesai, juga beredar foto makan siang bersama antara Buya Maarif dengan Ahok. Untuk foto yang beredar, Direktur Eksekutif maarif Institute Fajar Riza Ulhaq telah memberikan klarifkasi bahwa  foto itu adalah kejadian 21 Desember 2015. Saat itu Buya menghadiri acara di Balaikota. Desember tahun lalu, berita tentang hal itu juga sudah dimuat di banyak media.

Sedangkan untuk “kegaduhan” tentang Ahok, Buya Syafii Maarif berpendapat kalau gejala Ahok adalah gejala kegagalan parpol Muslim melahirkan pemimpin, tapi tidak mau mengakui kegagalan ini.
Melalui pesan Whatsapp Mantan ketua Umum PP Muhammadiyah ini juga menegaskan bahwa dirinya tidak membela Ahok.

Berikut ini pesan lengkap Buya Syafii Maarif yang diterima Suara Muhammadiyah dengan bebeberapa penyempurnaan ejaan.

Gejala Ahok adalah gejala kegagalan parpol Muslim melahirkan pemimpin, tapi tidak mau mengakui kegagalan ini. Selama tidak jujur dalam bersikap, jangan berharap kita bisa menang.
Saya tidak membela Ahok. Yang saya prihatinkan, gara-gara seorang Ahok, energi bangsa terkuras habis. Anda harus mampu membaca masalah bangsa ini secara jernih, tidak dengan emosi. Selamat berfikir. Maarif (ies).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar